kali ini saya akan berbagi pengetahuan guys, tau peribahasa kan? tapi kebanyakan pasti dalam bahasa indonesia kan. nah kali ini saya akan berbagi peribahsa bahasa jawa *yeyey* . cekidottt...
Peribahasa
· “Golek pangkon
nembe golek pangan”
( Dengan kedudukan, jabatan atau pangkat akan mudah untuk
mencari makan atau nafkah ).
Biasanya peribahasa ini digunakan oleh orangtua untuk
menasehati anaknya.
· “Pangan kanggo golet pangan”
(
Usaha untuk penghidupan………….).
· “Luwih gedhe pasak daripadha tiyang”
(
Lebih besar pengeluaran daripada pendapatan ).
Biasanya
peribahasa ini digunakan seseorang kepada orang lain untuk memperhalus
perkataan dari kata boros agar tidak menyinggung orang yang dikatai tersebut.
· “Ana gula ana semut”
(
Pangonan sing ngrejekeni pasti akeh sing nekani ).
Peribahasa
tersebut sering dipakai masyarakat ketika ada orang yang baru pulang dari
perantauan membawa uang banyak disitulah orang-orang berkumpul.
· “Diwein ati malah
njaluke jantung”
( Sudah diberi yang enak malah minta yang lebih dari enak
).
Peribahasa ini sering digunakan untuk mengatai orang lain
yang suka meminta lebih dari pemberian yang diterimanya.
· “Becik ketitik ala ketara”
(
Becik ala bakal ketara ing tembe burine ).
Peribahasa
tersebut sering dipakai orang tua dan tokoh masyarakat pada saat menasehati
anak atau sekelompok orang.
· “Kaya nggoleti jarum ning tumpukan
jerami”
(
Susah untuk diketemukan )
Biasanya
peribahasa tersebut digunakan sewaktu mencari suatu barang dan sulit untuk
menemukan barang tersebut.
· “Buah tiba (jatuh) ora adoh saka
wite(pohonnya)”
(
Sifat, kelakuan, wajah seorang anak tentu tidak jauh dari orang tuanya ).
Peribahasa
tersebut sering dipakai masyarakat untuk menduga-duga pribadi orang lain.
· “Pager mangan taneman”
( Orang yang dipercaya secara diam-diam mengkhianati
temannya sendiri )
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai orang yang telah mengkhianati temannya
sendiri.
· “Jeruk mangan jeruk”
(
Orang yang sejenis saling menyukai ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai orang lain yang menyukai sesama jenis dan
juga untuk menyatakan kalau orang yang dikatai peribahasa ini tidak menyukai
sesama jenis.
· “Tong kosong nyareing unine”
(
Sedikit ilmu tapi ngomongnya besar ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai orang lain yang sedikit ilmunya tapi selalu
menyombongkan diri dengan bualannya.
· ”Sirah dadi
sikil,sikil dadi sirah”
( Orang yang bekerja keras sepenuh hati dan jiwa ).
Peribahasa ini sering digunakan untuk mengatai orang lain
yang dalam bekerja ia bekerja dengan sungguh-sungguh serta penuh semangat.
· “Kaya macan kelangan taringnge (taringnya)”
(
Orang yang sudah kehilangan keberaniannya ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai orang lain yang pemberani dan karena suatu
hal dia menjadi orang yang penakut.
· “Sak bening-beningnge kali mesti ana
mangsa buteke (keruh)”
( Sepintar-pintar orang menyimpan rahasia pastia akan
ketahuan juga ).
Peribahasa ini sering digunakan ketika ada orang yang
ketahuan menyimpan rahasia besar.
· ”Ilmu
parii,luwih tuwa luwih nunduk”
( Orang yang banyak ilmunya biasanya selalu merendahkan
diri ).
Peribahasa ini sering digunakan untuk mengungkapkan
kelakuan seseorang yang suka merendahkan diri namun orang tersebut pintar.
· “Kaya pinang di
belah loro”
(
Orang yang kembar ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan dua orang yang mirip, mulai dari bentuk
fisik dan sifatnya.
· “Kaya semut karo gajah”
(
Beda ukuran fisiknya ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan dua orang yang sangat jauh ukuran
fisiknya.
· “Kaya geni ketiup angina”
(
amarah yang membara).
Peribahasa ini sering digunakan untuk menyatakan amarah
seseorang yang susah untuk diredam.
· “Pang ketiup angina”
(
Pendirian yang tetap ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai orang yang plin-plan dalam mengambil
keputusan(berubah-ubah)
· “Nandur pari thukule beras, nandur
kembang mawar thukule eri”
(
Barang siapa menanam kebaikan akan menuai kebaikan, dan barang siapa menanam
keburukan akan menuai keburukan pula ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menasehati anak-anak agar berlomba-lomba melakukan
kebaikan. Peribahasa tersebut sering digunakan oleh orang tua, ulama, dan tokoh
masyarakat pada saat sedang berkumpul dirumah, mushola dan lingkungan.
· “Anget-anget tembelek ayam”
(
Kemauan sesaat ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai orang yang ingin berubah namun kemauannya
hanya sesaat dan setelah itu kembali lagi seperti sediakala.
· “Gelem daginge ora nrima tembeleke”
(
Mung nrima seneng ora gelem nrima kasusahane ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai orang yang hanya menerima kesenangan saja
namun tidak menerima kesusahannya.
· “Nyoret rai (wajah) nganggo
areng(arang)”
(
Merusak harga diri dan martabat ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan suatu tindakan yang telah merusak harga
diri seseorang. Biasanya digunakan oleh orang tua ketika sedang memarahi
anaknya karena anak tersebut telah merusak harga diri dan martabat orang tua.
· “Kaya bumi karo langit”
(
Berbeda jauh ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan orang yang tidak pantas atau sepadan
denganorang lain. Misalnya kemapanan, kecantikan dan kerupawanan serta cocok
atau tidaknya seseorang dengan orang lain.
· “Tuwa-tuwa keladi, tambah tuwa
tambah dadi”
(Semakin
bertambahnya umur seseorang semakin bertambah pendewasaannya dan pengalamannya
).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan orang tuwa yang semakin tenang dan lebih
berpikir secara lebih dewasa seiring bertambahnya usia.
· “Bak Ketiban durian runtuh”
( Mendapat rejeki yang tidak sedikit ).
Peribahasa ini sering digunakan untuk mengatai orang yang
sedang mendapat rejeki yang tidak sedikit secara tiba-tiba. Misal mendapat undian.
· “Jago apik nanging kluruke cekak”
(
berbeda dari kondisi luarnya ).
Peribahasa
ini digunakan untuk menasehati seseorang agar dalam menilai orang lain jangan
dari luarnya saja.
· “Balik gondok”
“meminta
kembali sesuatu yang telah diberikan kepada orang lain”
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang kikir karena meminta kembali
pemberianya dengan kata lain tidak ikhlas.
· “Ember bocor”
(
tidak bisa menyimpan rahasia ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang tidak bisa menyimpan rahasia
yang telah diketahuinya.
· “Sumur kasatan (kentengan) banyu”
( bangkrut atau habis harta bendanya ).
Peribahasa ini sering digunakan untuk mengatai seseorang
yang sedang mengalami kesurutan dalam bisnis, pekerjaan, atau usahanya.
· “Kaya bensin
kasulut dening geni”
( Fitnah dapat mengobarkan amarah ).
Peribahasa ini sering digunakan ketika seseorang
amarahnya semakin menjadi karena fitnah/omongan dari orang lain.
· “Kaya ketek ditulup”
( Diam termenung tanpa berkata-kata ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang bengong ketika diajak
berbicara.
· “Maju kena mendur kena”
( Semua pekerjaannya tidak membuahkan hasil ).
Peribahasa ini sering digunakan untuk menyatakan keadaan
seseorang yang sedang terhimpit dan tidak bisa keluar.
· “Kebo kaboten sungu”
(
Wong tuwa sing susahmerga kakehen anak ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan keadaan orang tua yang hidupnya susah
kebanyakan anak.
· “Kaya benalu”
(
Nyusahi sing dipeluni (yang diikuti) ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang hanya bikin susah yang
diikutinya.
· “Sejen guru sejen ilmu”
(
Beda sifat dan kelakuannya ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan kalau lain orang tua lain pula sifat dan
kelakuan anaknya kelak.
· “Kaya kucing karo asu”
(
Ora isa akur ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menyatakan dua orang yang tidak bisa akur. Setiap
bertemu pasti terjadi keributan.
· “ Rasaning cengis lan mengkreng”
(
Pedas tutur katanya ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang dalam berbicara selalu
menyakiti perasaan orang lain.
- “Kaya kebo gupak ning sawah”
(
Kotor badannya ).
Peribahasa
ini sering digunakan orang tua ketika melihat anaknya habis bermain
kotor-kotoran sampai semua badannya kotor semua.
- ”Beras sebaskom dipakakake ayam rong kandhang”
( Rejeki satithik akeh sing ngarepake ).
Peribahasa ini sering digunakan untuk menyatakan keadaan
seseorang yang punya rejeki sedikit tapi yang mengharapkan banyak, contoh
warisan.
- “Ora weruh lor kidule”
(
Tidak tahu asal usulnya ).
Peribahasa
ini sering digunakan ketika ada seseorang yang turut campur dalam suatu permasalahan
tapi tidak tahu inti permasalahannya.
- “Eman-eman durung limang menit”
( Mubadir ).
Peribahasa ini sering digunakan ketika ada makanan yang
terjatuh tapi belum lama kemudian diambil lagi untuk dimakan.
- “Alon-alon sing penting kelakon”
( Jangan terburu buru namun terlaksana keinginannya ).
Peribahasa ini sering digunakan ketika orang mau pulang
habis bertamu.
- “Wis kejedod (terbentur) katiban anda”
( Tertimpa sial terus menerus ).
Peribahasa ini sering digunakan ketika ada orang yang
tertimpa musibah terus menerus atau ketiban sial terus.
- “Kebat liwat pincang sikile”
(
Kalau terburu-buru hasilnya pasti tidak bagus ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menasehati orang lain agar dalam bertindak atau
mengambil keputusan tidak terburu-buru karena hasilnya pasti tidak akan
memuaskan.
- “Bebek saenggon (stu tempat)”
(
Bergerombol ).
Peribahasa
ini sering digunakan ketika ada sekelompok orang yang sedang bergerombol.
- “Nguyuh durung lempeng (lurus)”
(
Masih kecil belum dewasa ).
Peribahasa
ini sering digunakan orang yang lebih tua ketika sedang memarahi yang lebih
muda umurnya.
- “Kaya manuk pipit”
(
Orang yang cerewet ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang suka berbicara terus menerus
tanpa arah dan tujuan/kegunaan.
- “Ketiban duren dimein ( dikasih) semangka”
(
Wis enak tambah kepenak maneh ).
Peribahasa
ini sering digunakan ketika ada seseorang mendapat keuntungan yang tidak
sedikit namun orang itu mendapat keberuntungan lagi (begja)
- “Wedus kerubung laler”
(
Mambu/ambune ora enak ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang badannya bau karena belum
mandi.
- “Nangikake (membangunkan) macan turu”
(
Membuat orang marah ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk menasehati orang lain agar tidak mengganggu
ketentraman orang lain.
- “Ditulung menthung”
(
Sudah ditolong malah buat susah yang menolong ).
Peribahasa
ini sering digunakan untuk mengatai seseorang yang tidak tau berbalas budi.
- “Isin-isin kucing”
(
Menginginkan sesuatu namun malu untuk mengungkapkannya ).
Peribahasa ini sering digunakan untuk menyatakan kelekuan
seseorang yang mau tapi malu. Misalnya pengin makan dirumah tetangga karena
lapar tapi takut untuk berbicara kepada tetangganya.
- “Awit mbrangkang nganti mlaku”
(
Dari kecil sampai dewasa )
Peribahasa ini sering digunakan orang tua untuk
memperkuat keyakinan perasaan sang anak kepada orang tua ketika anaknya sedang
dinasehati.
- ”Ting-ting es abang setrup, toin rembes durung raup”
( Ting-ting es merah sirup, toin jorok belum cuci
muka ).
0 komentar:
Posting Komentar